Thursday, February 3, 2011

Bensin Sintetik

KOMPAS.com — Makin banyaknya jumlah kendaraan bermotor merupakan tantangan sekaligus peluang bagi Cella Energy. Pasalnya, kebutuhan energi untuk menjalankan kendaraan semakin besar. Sementara itu, energi atau kendaraan alternatif sekarang punya berbagai keterbatasan.

Dijelaskan, bahan bakar paling ideal adalah hidrogen. Pasalnya, pembakarannya tidak menghasilkan emisi karbon. Masalahnya, mobil berbahan bakar hidrogen—umumnya masih dalam tahap konsep—punya banyak kendala. Hal yang sama juga terjadi pada kendaraan listrik. Bahkan mesin konvensional yang menggunakan bensin, diesel, dan gas harga makin mahal karena regulasi emisi yang makin ketat.

Hidrogen
Prototipe mobil berbahan bakar hidrogen sekarang cukup rumit dan risikonya tinggi. Pasalnya, hidrogen dicairkan sampai suhu minus 253 derajat celsius. Lantas hidrogen cait itu dimampatkan ke dalam silinder atau tangki bertekanan tinggi, 10.000 psi atau 700 bar.

Hal ini tidak hanya memusingkan produsen merancang kendaraan, tetapi juga stasiun tempat pengisian hidrogen. Butuh biaya mahal dan keterampilan khusus untuk menanganinya.

Cara lain, menggubah hidrogen menjadi energi listrik langsung atau sel bahan bakar (FC) membutuhkan kanister metal hidrida bertekanan rendah. Problemnya, sulit dibawa-bawa.

Hibrida dan Listrik
Bensin dan diesel? Harga bahan bakar minyak terus melambung atau tak karuan. Masalah lain, pembakaran menimbulkan emisi karbon. Dengan tuntutan emisi karbon yang makin ketat, biaya pembuatan mesin semakin mahal. Ini pula yang menyebabkan produsen terpaksa memperkenalkan mobil listrik dan hibrida.

Masalahnya, baterai lithium-ion yang digunakan mobil listrik atau hibrida (plug-in) teknologinya masih baru. Insfrastruktur tempat pengisian listrik sangat terbatas. Masalah lain, membuat mobil listrik kurang menarik—sekali isi baterai hanya bisa untuk jarak 160 kilometer.

Padahal, berdasarkan riset, keinginan pemilik kendaraan, sekali mengisi, bisa untuk menempuh 500 km agar tidak dihinggapi fenomena kecemasan atau khawatir mogok. Kendala lain, harga mobil listrik masih mahal karena harus menggunakan komponen penggerak baru.

Hidrogen Cella Energy
Bahan bakar yang digunakan Cella Energy basisnya adalah hidrogen. Hanya berbeda cara mengemas atau ujudnya. Hidrogen tidak lagi didinginkan atau dicairkan. Karena itu pula tidak dibutuhkan tangki tekanan tinggi.

Cella Energy memanfaatkan kelebihan nano-struktur. Selanjutnya, hidrogen atau hidrida dikemas dengan proses coaxial electrospinning bersama mikro-serat dari polimer. Ukuran serat sepertiga puluh diameter rambut manusia. Selanjutnya, struktur bahan bakar adalah inti hidrida dibungkus oleh polimer. Bagian luar berfungsi sebagai pengaman dan pelindungi hidrida, sekaligus sebagai filter (kimia). Karena itulah, konsep ini dianggap 100 persen aman plus biaya produksi yang lebih murah.

Dengan cara tersebut, pengisian ulang hidrogen dapat dilakukan dalam beberapa menit saja, seperti bensisn atau diesel. Hanya diperlukan sedikit modifikasi. Dikatakan, juga bisa digunakan kendaraan dengan sistem sel bahan bakar (hidrogen sekarang).

Tangki untuk bahan bakar ini atau bensin sintetik ini tetap berbentuk konvensional dan ditempatkan seperti posisi sekarang. Karena tidak memerlukan tekanan tinggi atau suhu rendah, infrastruktur yang ada sekarang bisa langsung digunakan.

Dikatakan, konsepnya sama dengan menuang aditif ke bensin. Densitas atau kandungan energi bisa disesuaikan dengan kebutuhan industri!

No comments:

Post a Comment